TUGAS
KELOMPOK I
PENGGUNAAN
METODE DEMONTRASI DALAM
PEMBELAJARAN IPA
Oleh
:
SUSANTI
NIM. P2A616004
PROGRAM
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS JAMBI
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan pembelajaran merupan satu
kesatuan yang saling terkait. Pembelajaran merupakan wujud dari pelaksanaan
pendidikan. Gagne, Briggs, dan Wager (1992) dalam Udin S. Winataputra (2007 :
1.19) berpendapat bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Sementara pada pasal 1 butir 20 UU No 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas, dalam Udin S. Winataputra (2007 : 1.21)
menyebutkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Lingkungan belajar dimaksud adalah
pendidikan formal yang merupakan suatu tempat untuk membantu siswa dalam
mengembangkan dirinya, sehingga lahirlah putra-putra bangsa yang dalam jiwanya
tertanam perpaduan nilai antara intelektual, etika dan kepribadian bangsa. Hal
tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai tersebut : Pendidikan Nasional bertujuan
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin,
profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Namun demikian isu yang beredar di
masyarakat menyebutkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah
bila dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini tentunya menjadi perhatian
yang serius untuk mengatasinya baik di tingkat institusi, regional maupun
nasional.
Demikian halnya di SD
Negeri 1/IV Kota Jambi , Mata Pelajaran IPA yang sudah diberikan di kelas IV,
pada konsep perubahan wujud benda pembelajaran siswa perlu ada peningkatan lagi.
Secara keseluruhan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang merupakan hasil
belajar masih belum sesuai dengan harapan yaitu memenuhi kriteria ketuntasan
minimal yang telah ditentukan. Padahal hasil belajar merupakan wujud prestasi
yang dicapai oleh siswa. Hal ini perlu segera ditangani dengan seksama dengan
mengadakan perbaikan seperlunya karena menurut W.S Winkel (1984 : 75)
menyebutkan bahwa prestasi adalah bukti suatu keberhasilan usaha yang dicapai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar secara umum adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal
adalah merupakan faktor yang berasal dari diri individu yang bersangkutan,
antara lain jasmani (fisik) dan rohani (psikis). Sedang faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal dari luar individu yang bersangkutan atau sering
disebut sebagai faktor lingkungan.
Sedangkan secara khusus faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah: Siswa kurang motivasi dalam
belajar, media pembelajaran yang kurang lengkap, penggunaan media pembelajaran
yang tidak tepat , siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, kepedulian orang
tua terhadap anak di rumah kurang, kurangnya melaksanakan percobaan dan
demonstrasi, sarana dan prasarana yang kurang mendukung serta metode
pembelajaran yang kurang tepat.
Dari permasalahan yang ada penggunaan
metode pembelajaran merupakan prioritas yang utama yang harus diperbaiki.
Karena penerapan metode yang tepat akan berdampak pada hasil belajar pada
siswa. Dalam hal ini metode yang diterapkan adalah metode demontrasi.
Metode demontrasi dipilih dengan
pertimbangan metode ini akan membangkitkan semangat siswa dengan cara siswa
belajar dengan melakukan berbagai percobaan. Disamping itu siswa akan terbiasa
berfikir kritis, kreatif dan mampu berpendapat sehingga
dapat meningkatkan pemahamannya. Dengan meningkatnya pemahaman maka hasil
belajarnya juga meningkat. Penerapan metode ini tentunya tidak akan berdiri
sendiri, namun tetap didukung dengan metode yang lain, hanya saja prioritas
tetap pada metode demontrasi.
Sebaliknya pembelajaran tanpa
menggunakan metode pembelajaran yang tepat berdampak pada pemahaman siswa
kesulitan memahami konsep yang dipelajari. Akibatnya hasil belajar siswa
mengecewakan. Oleh karena itu dalam pembelajaran ini menggunakan metode demontasi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan memperhatikan hal di atas, maka
penerapan metode demontrasi diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran IPA
konsep perubahan wujud benda pada siswa kelas IV SD Negeri 1/IV Kota Jambi
B.
Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut di
atas maka dapat dikemukan rumusan masalahnya sebagai berikut :
Apakah penggunaan metode demontrasi dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1/IV Kota Jambi?
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan teori belajar dan media
pembelajaran, permasalahan yang terjadi kelas IV SD Negeri 1/IV Kota Jambi
perlu diselesaikan melalui tindakan guru berupa penggunaan metode demontrasi
dalam pembelajaran perubahan wujud benda. Dengan menggunakan metode demontrasi
memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap
materi pelajaran Di samping itu, metode demontrasi digunakan dalam rangka
pembelajaran kelompok atau kerja kelompok yang didalamnya melibatkan beberapa
orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan, tugas atau permasalahan melalui demontrasi.
C.
Tujuan Penelitian
Menggunakan metode demontrasi untuk meningkatkan
hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1/IV Kota Jambi.
D.
Manfaat Hasil Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
a.
Sebagai
bahan referensi untuk kegiatan yang sama.
b. Sebagai
pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya.
2.
Manfaat
Praktis.
a.
Bagi
Siswa.
1) Meningkatkan
prestasinya khususnya konsep perubahan wujud benda pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
2)
Lebih
kreatif, menarik dan bermakna.
3) Mendapat
pengalaman yang berharga dengan berani berdemontrasi.
b.
Bagi
Guru.
1) Sebagai
acuan dalam menentukan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
guna mencapai ketuntasan belajar bagi siswa.
2)
Dapat
menghidupkan suasana pembelajaran yang lebih menarik.
3)
Mendapat
kepuasan dari hasil belajar siswa yang meningkat.
4) Mendapat
pengalaman yang dalam situasi pembelajaran yang berbeda.
c.
Bagi
Sekolah.
1) Meningkatkan
prestasi belajar pada tingkat sekolah.
2) Target
standar ketuntasan minimal dapat tercapai.
3) Menjadi
daya tarik bagi calon siswa baru yang akan masuk pada sekolah.
4) Sebagai
masukan bagi sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru khususnya dalam
pembelajaran IPA.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Komponen Pembelajaran
1.
Pengertian Komponen Pembelajaran
Pembelajaran diambil
dari terjemahan kata "Instructional". Seringkali orang membedakan
kata pembelajaran ini dengan "pengajaran", akan tetapi tidak jarang
pula orang memberikan pengertian yang sama untuk kedua kata tersebut.
Menurut Arief S. Sadiman, kata pembelajaran dan kata pengajaran
dapat dibedakan pengertiannya. Kalau kata pengajaran hanya ada di dalam konteks
guru-murid di kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam
konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar
mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik di dalam kata pembelajaran
ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Dengan definisi
seperti ini, kata pengajaran lingkupnya lebih sempit dibanding kata
pembelajaran. Di pihak lain ada yang berpandangan bahwa kata pembelajaran dan
kata pengajaran pada hakekatnya sama, yaitu suatu proses interaksi antara guru
dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (Cepi Riana, 2009).
Kedua pandangan tersebut
dapat digunakan, yang terpenting adalah interaksi yang terjadi antara guru dan
siswa itu harus adil, yakni adanya komunikasi yang timbal balik di antara
keduanya, baik secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media. Siswa
jangan selalu dianggap sebagai subjek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia
memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan, serta kemampuan yang berbeda.
Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu
pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola
kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wikipedia, 2010).
Setelah guru mempelajari
kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat suatu desain pembelajaran dengan
mempertimbangkan kemampuan awal siswa (entering behavior), tujuan yang hendak
dicapai, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik bahan yang akan
diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang akan digunakan, dan
unsur-unsur lainnya sebagai penunjang. Setelah desain dibuat, kemudian KBM atau
pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru
bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya
implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini
akan memberikan dampak bagi guru dan siswa (Sudrajat, 2009).
Bagi guru sebagai dampak pembelajaran (instructional effect)
berupa hasil yang dapat diukur sebagai data hasil belajar siswa (angka/nilai)
dan berupa masukan bagi pengembangan pembelajaran selanjutnya. Sedangkan bagi
siswa sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan
dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan
membantu perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian. Jadi, ciri
utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang
terjadi antara si belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru,
teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang
lain. Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan
komponen-komponen pembelajaran itu sendiri (Wikipedia, 2010).
2.
Macam-Macam Komponen Pembelajaran
Berdasarkan
rumusan komponen strategi pembelajaran yang dikemukakan ahli secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi:
1.
Komponen pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam
pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus
memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran. Terdiri atas 3 sub yaitu :
· Sub komponen
pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran.
Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada
siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk
menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah
dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran
singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isis pelajaran baru, dan
penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
· Sub komponen penyajian,
kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar
Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan baru
dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya
adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan
yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
· Sub komponen penutup,
merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran
Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan
penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.
2.
Komponen kedua yaitu metode
pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan
oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat memilih metode
yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk suatu
pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya, untuk itu guru
haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran mana
yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan
karakteristik siswa.
Berikut beberapa macam metode pembelajaran,
yaitu:
a.
Metode ceramah
b.
Metode demonstrasi
c.
Metode diskusi
d.
Metode problem solving
e.
Metode studi mandiri
f.
Metode pembelajaran terprogram
g.
Metode discovery
h.
Metode simulasi
i.
Metode studi kasus
j.
Metode praktikum
k.
Metode bermain peran
3.
Komponen ketiga yaitu media yang digunakan
Media
adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Media dapat berbentuk orang/guru, alat-alat elektronik, media cetak,
dsb.
Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih media adalah :
-
Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
-
Dukungan terhadap isi pembelajaran
-
Kemudahan memperoleh media
-
Keterampilan guru dalam menggunakannya
-
Ketersediaan waktu menggunakannya
-
Sesuai dengan taraf berfikir siswa
4.
Komponen keempat yaitu waktu tatap muka
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam
menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam menyampaikan
informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan
target yang ingin dicapai.
5.
Komponen kelima yaitu pengelolaan kelas
Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan lingkungan
sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi: ruangan kelas, keindahan kelas,
pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau alat-alat lain, dan ventilasi
dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi tipe
kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik, dsb.
Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar
dapat berlangsung secara lancar.
3.
Pengertian Metode Demontrasi
Metode menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1995 : 652) adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dsb.; cara kerja yang bersistim untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Sedangkan menurut Joni (1992/1993) dalam
Sri Anitah W. (2008 : 1.24) mengemukaan bahwa metode adalah
berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai
tujuan tertentu.
Beberapa prinsip yang perlu dipehatikan dalam pemilihan metod menurut
Sri anitah W ( 2008 : 5.5 ) yaitu :
1)
Metode mengajar
harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh
terhadap materi pelajaran.
2)
Metode mengajar
harus memungkinkan dapat memberikan peluang berekspresi yang kreatif dalam
aspek seni.
3)
Metode mengajar
harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
4)
Metode mengajar
harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu.
5)
Metode mengajar
harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (inkuiri ) terhadap suatu
topik permasalahan.
6)
Metode mengajar
harus memungkin kan siswa mampu menyimak.
7)
Metode mengajar
harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri.
8)
Metode mengajar
harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bersama-sama.
9)
Metode mengajar
harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya.
Metode demonstrasi merupakan metode yang menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan secara langsung obyek atau cara melakukan sesuatu sehingga
dapat mempelajarinya secara proses.
Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan
topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya. Salah satu yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi siswa seluruhnya harus
dapat memperhatikan (mengamati ) obyek yang akan didemonstrasikan demikian
pendapat Sri Anitah W ( 2008 : 5.25 ). Sedangkan menurut Piaget dalam Mulyani
sumantri ( 2007 : 2.12 ) mengemukakan pada tahap ini anak dapat berfikir secara
logis mengenai segala sesuatu, sehingga metode demonstrasi yang diterapkan
diterapkan dengan tepat diharapkan dapat memberi pengaruh yang cukup besar
dalam pembelajaran.
Hal ini dipertegas dengan pendapat Mulyani Sumantri ( 2007 : 6.3-6.5 ) pada dasarnya siswa SD
berkarasteriktif :
1.
Senang bermain
2.
Senang bergerak
3.
Senang bekerja
dalam kelompok.
4.
Senang
merasakan/ melakukan/ meragakan sesuatu secara langsung.
Untuk mendukung pelaksanaan PTK dengan menggunakan metode demonstrasi
harus diperhatikan beberapa hal, antara lain:
1)
Karakteristik
Metode
demonstrasi hakikatnya untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dalam
penguasaan proses obyek tertentu. Metode mengajar demonstrasi juga identik
dengan metode mengajar modeling. Dalam pelaksanaan guru dapat sebagai model atau
mendatangkan nara sumber yang menguasai obyek materi pelajaran atau siswa
dengan tugas yang terstruktur. Dalam demonstrasi cenderung bahan dan situasi
yang digunakan adalah obyek yang sebenarnya.
2)
Prosedur.
Menurut
Sri Anitah W ( 2008 : 5.26 ) Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a)
Mempersiapkan
alat bantu yang akan dipergunakan dalam pembelajaran.
b)
Memberikan
penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan.
c)
Pelaksanaan
demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa.
d)
Penguatan (diskusi,
tanya jawab, dan/atau latihan) terhadap hasil demonstrasi.
e)
Kesimpulan.
3)
Prasyarat untuk
Mengoptimalkan Pembelajaran Demonstrasi.
Kemampuan
guru yang harus diperhatikan dalam menunjang keberhasilan demonstrasi,
diantaranya:
a)
Mampu secara
proses dalam melaksanakan demonstrasi materi atau topik yang dipraktekkan.
b)
Mampu mengelola
kelas dan menguasai siswa secara menyeluruh.
c)
Mampu
menggunakan alat bantu yang digunakan.
d)
Mampu
melaksanakan penilaian proses.
Sedangkan kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk
menunjang pelaksanaan demonstrasi adalah :
1.
Siswa meiliki
motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan.
2.
Memahami tentang
maksud/tujuan yang akan didemonstrasikan.
3.
Mampu mengamati
proses yang didemonstrasikan.
4.
Mampu
mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi.
Keunggulan implementasi metode
demonstrasi apabila pembelajaran
dilaksanakan secara efektif adalah :
1)
Siswa dapat
mempelajari bahan pelajaran sesuai dengan obyek yang sebenarnya.
2)
Dapat
mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
3)
Dapat melakukan
pekerjaan berdasarkan poses yang sistematis.
4)
Dapat mengetahui
hubungan yang struktural atau urutan obyek.
5)
Dapat melakukan
perbandingan dari beberapa obyek.
Sedangkan kelemahannya adalah :
1)
Hanya dapat
menimbulkan cara berfikir yang konkrit saja.
2)
Jika jumlah
siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka demonstrasi tidak efektif.
3)
Bergantung pada
alat bantu yang sebenarnya.
4)
Sering terjadi
siswa kurang berani dalam mencoba atau melakukan praktik yang diemonstrasikan.
Dengan memperhatikan teori di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi adalah termasuk belajar konsep dimana siswa dihadapkan pada suatu fakta dan data
kemudian untuk membuktikan kebenaran data tersebut perlu diadakan demonstrasi
sehingga menjadi konsep yang tepat.
4.
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Kurikulum KTSP (2006 : 486) Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Leo Sutrisno (2007 :
1.19) IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat (concret) pada sasaran, serta menggunakan prosedur
yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid)
sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi Ipa mengandung
tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan
yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).
a.
Tujuan IPA
Adapun tujuan Mata pelajaran IPA menurut Kurikulum
2006 adalah:
1)
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupsn sehari-hari.
3) Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan
ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkanmasalah dan
membuat keputusan.
5) Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.
6) Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala ketraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan.
b.
Ruang Lingkup IPA
Selanjutnya ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD
meliputi :
1) Makluk
hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan serta kesehatan.
2) Benda/materi,
sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas.
3) Energi
dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana.
4) Bumi
dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit
lainnya.
Aslmkm bu, maaf apakah metode demonstrasi bisa diterapakan disemua pelajaran? mksh atas penjelasanya
BalasHapusWa'alaikum salam wr wb..pak..
BalasHapusmetode demontrasi dapat diterapkan disemua pelajaran dengan syarat harus disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran terlebih dahulu...