Minggu, 11 September 2016

tugas Kelompok 1


TUGAS KELOMPOK I




PENGGUNAAN METODE DEMONTRASI DALAM
PEMBELAJARAN IPA















Oleh :


SUSANTI

                     NIM. P2A616004


















PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS JAMBI
2016



BAB I

PENDAHULUAN


A.          Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan pembelajaran merupan satu kesatuan yang saling terkait. Pembelajaran merupakan wujud dari pelaksanaan pendidikan. Gagne, Briggs, dan Wager (1992) dalam Udin S. Winataputra (2007 : 1.19) berpendapat bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

Sementara pada pasal 1 butir 20 UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dalam Udin S. Winataputra (2007 : 1.21) menyebutkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Lingkungan belajar dimaksud adalah pendidikan formal yang merupakan suatu tempat untuk membantu siswa dalam mengembangkan dirinya, sehingga lahirlah putra-putra bangsa yang dalam jiwanya tertanam perpaduan nilai antara intelektual, etika dan kepribadian bangsa. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai tersebut : Pendidikan         Nasional  bertujuan  untuk  meningkatkan  kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Namun demikian isu yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini tentunya menjadi perhatian yang serius untuk mengatasinya baik di tingkat institusi, regional maupun nasional.
Demikian halnya di SD Negeri 1/IV Kota Jambi , Mata Pelajaran IPA yang sudah diberikan di kelas IV, pada konsep perubahan wujud benda pembelajaran siswa perlu ada peningkatan lagi. Secara keseluruhan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang merupakan hasil belajar masih belum sesuai dengan harapan yaitu memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Padahal hasil belajar merupakan wujud prestasi yang dicapai oleh siswa. Hal ini perlu segera ditangani dengan seksama dengan mengadakan perbaikan seperlunya karena menurut W.S Winkel (1984 : 75) menyebutkan bahwa prestasi adalah bukti suatu keberhasilan usaha yang dicapai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah merupakan faktor yang berasal dari diri individu yang bersangkutan, antara lain jasmani (fisik) dan rohani (psikis). Sedang faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu yang bersangkutan atau sering disebut sebagai faktor lingkungan.

Sedangkan secara khusus faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah: Siswa kurang motivasi dalam belajar, media pembelajaran yang kurang lengkap, penggunaan media pembelajaran yang tidak tepat , siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, kepedulian orang tua terhadap anak di rumah kurang, kurangnya melaksanakan percobaan dan demonstrasi, sarana dan prasarana yang kurang mendukung serta metode pembelajaran yang kurang tepat.

Dari permasalahan yang ada penggunaan metode pembelajaran merupakan prioritas yang utama yang harus diperbaiki. Karena penerapan metode yang tepat akan berdampak pada hasil belajar pada siswa. Dalam hal ini metode yang diterapkan adalah metode demontrasi.

Metode demontrasi dipilih dengan pertimbangan metode ini akan membangkitkan semangat siswa dengan cara siswa belajar dengan melakukan berbagai percobaan. Disamping itu siswa akan terbiasa berfikir kritis, kreatif dan mampu berpendapat sehingga dapat meningkatkan pemahamannya. Dengan meningkatnya pemahaman maka hasil belajarnya juga meningkat. Penerapan metode ini tentunya tidak akan berdiri sendiri, namun tetap didukung dengan metode yang lain, hanya saja prioritas tetap pada metode demontrasi.
Sebaliknya pembelajaran tanpa menggunakan metode pembelajaran yang tepat berdampak pada pemahaman siswa kesulitan memahami konsep yang dipelajari. Akibatnya hasil belajar siswa mengecewakan. Oleh karena itu dalam pembelajaran ini menggunakan metode demontasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan memperhatikan hal di atas, maka penerapan metode demontrasi diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran IPA konsep perubahan wujud benda pada siswa kelas IV SD Negeri 1/IV Kota Jambi

B.           Rumusan Masalah dan Pemecahannya

1.      Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka dapat dikemukan rumusan masalahnya sebagai berikut :

Apakah penggunaan metode demontrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1/IV Kota Jambi?

2.  Pemecahan Masalah

Berdasarkan teori belajar dan media pembelajaran, permasalahan yang terjadi kelas IV SD Negeri 1/IV Kota Jambi perlu diselesaikan melalui tindakan guru berupa penggunaan metode demontrasi dalam pembelajaran perubahan wujud benda. Dengan menggunakan metode demontrasi memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran Di samping itu, metode demontrasi digunakan dalam rangka pembelajaran kelompok atau kerja kelompok yang didalamnya melibatkan beberapa orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan, tugas atau permasalahan melalui demontrasi.
C.           Tujuan Penelitian

Menggunakan metode demontrasi untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1/IV Kota Jambi.

D.          Manfaat Hasil Penelitian

1.        Manfaat Teoritis

a.       Sebagai bahan referensi untuk kegiatan yang sama.

b.      Sebagai pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya.

2.        Manfaat Praktis.

a.       Bagi Siswa.

1)      Meningkatkan prestasinya khususnya konsep perubahan wujud benda pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
2)      Lebih kreatif, menarik dan bermakna.

3)      Mendapat pengalaman yang berharga dengan berani berdemontrasi.
b.      Bagi Guru.

1)      Sebagai acuan dalam menentukan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran guna mencapai ketuntasan belajar bagi siswa.

2)      Dapat menghidupkan suasana pembelajaran yang lebih menarik.

3)      Mendapat kepuasan dari hasil belajar siswa yang meningkat.

4)      Mendapat pengalaman yang dalam situasi pembelajaran yang berbeda.
c.       Bagi Sekolah.

1)      Meningkatkan prestasi belajar pada tingkat sekolah.
2)      Target standar ketuntasan minimal dapat tercapai.
3)      Menjadi daya tarik bagi calon siswa baru yang akan masuk pada sekolah.
4)      Sebagai masukan bagi sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru khususnya dalam pembelajaran IPA.





BAB II
PEMBAHASAN

A.           Komponen Pembelajaran

1.      Pengertian Komponen Pembelajaran  

Pembelajaran diambil dari terjemahan kata "Instructional". Seringkali orang membedakan kata pembelajaran ini dengan "pengajaran", akan tetapi tidak jarang pula orang memberikan pengertian yang sama untuk kedua kata tersebut.
Menurut Arief S. Sadiman, kata pembelajaran dan kata pengajaran dapat dibedakan pengertiannya. Kalau kata pengajaran hanya ada di dalam konteks guru-murid di kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik di dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Dengan definisi seperti ini, kata pengajaran lingkupnya lebih sempit dibanding kata pembelajaran. Di pihak lain ada yang berpandangan bahwa kata pembelajaran dan kata pengajaran pada hakekatnya sama, yaitu suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (Cepi Riana, 2009).
Kedua pandangan tersebut dapat digunakan, yang terpenting adalah interaksi yang terjadi antara guru dan siswa itu harus adil, yakni adanya komunikasi yang timbal balik di antara keduanya, baik secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media. Siswa jangan selalu dianggap sebagai subjek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan, serta kemampuan yang berbeda. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wikipedia, 2010).
Setelah guru mempelajari kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat suatu desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa (entering behavior), tujuan yang hendak dicapai, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik bahan yang akan diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang akan digunakan, dan unsur-unsur lainnya sebagai penunjang. Setelah desain dibuat, kemudian KBM atau pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini akan memberikan dampak bagi guru dan siswa (Sudrajat, 2009).
Bagi guru sebagai dampak pembelajaran (instructional effect) berupa hasil yang dapat diukur sebagai data hasil belajar siswa (angka/nilai) dan berupa masukan bagi pengembangan pembelajaran selanjutnya. Sedangkan bagi siswa sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian. Jadi, ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang terjadi antara si belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran itu sendiri (Wikipedia, 2010).
2.        Macam-Macam Komponen Pembelajaran
Berdasarkan rumusan komponen strategi pembelajaran yang dikemukakan ahli secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Komponen pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran. Terdiri atas 3 sub yaitu :
·      Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran.
Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isis pelajaran baru, dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
·      Sub komponen penyajian, kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar
Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
·      Sub komponen penutup, merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran
Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.
2.       Komponen kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya, untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan karakteristik siswa.
Berikut beberapa macam metode pembelajaran, yaitu:
a.         Metode ceramah
b.        Metode demonstrasi
c.         Metode diskusi
d.        Metode problem solving
e.         Metode studi mandiri
f.         Metode pembelajaran terprogram
g.        Metode discovery
h.        Metode simulasi
i.          Metode studi kasus
j.          Metode praktikum
k.        Metode bermain peran
3.      Komponen ketiga yaitu media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat berbentuk orang/guru, alat-alat elektronik, media cetak, dsb.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media adalah :
-          Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
-          Dukungan terhadap isi pembelajaran
-          Kemudahan memperoleh media
-          Keterampilan guru dalam menggunakannya
-          Ketersediaan waktu menggunakannya
-          Sesuai dengan taraf berfikir siswa
4.        Komponen keempat yaitu waktu tatap muka
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5.        Komponen kelima yaitu pengelolaan kelas
Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi: ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar.
3.        Pengertian Metode Demontrasi
Metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 652) adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dsb.; cara kerja yang bersistim untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Sedangkan menurut Joni (1992/1993) dalam Sri Anitah W.                         (2008 : 1.24) mengemukaan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu.

Beberapa prinsip yang perlu dipehatikan dalam pemilihan metod menurut Sri anitah W ( 2008 : 5.5 ) yaitu :
1)      Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran.
2)      Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
3)      Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
4)      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu.
5)      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (inkuiri ) terhadap suatu topik permasalahan.
6)      Metode mengajar harus memungkin kan siswa mampu menyimak.
7)      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri.
8)      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bersama-sama.
9)      Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya.
Metode demonstrasi merupakan metode yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung obyek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses.
Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi siswa seluruhnya harus dapat memperhatikan (mengamati ) obyek yang akan didemonstrasikan demikian pendapat Sri Anitah W ( 2008 : 5.25 ). Sedangkan menurut Piaget dalam Mulyani sumantri ( 2007 : 2.12 ) mengemukakan pada tahap ini anak dapat berfikir secara logis mengenai segala sesuatu, sehingga metode demonstrasi yang diterapkan diterapkan dengan tepat diharapkan dapat memberi pengaruh yang cukup besar dalam pembelajaran.
Hal ini dipertegas dengan pendapat Mulyani Sumantri             ( 2007 : 6.3-6.5 ) pada dasarnya siswa SD berkarasteriktif :
1.      Senang bermain
2.      Senang bergerak
3.      Senang bekerja dalam kelompok.
4.      Senang merasakan/ melakukan/ meragakan sesuatu secara langsung.
Untuk mendukung pelaksanaan PTK dengan menggunakan metode demonstrasi harus diperhatikan beberapa hal, antara lain:
1)      Karakteristik
Metode demonstrasi hakikatnya untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dalam penguasaan proses obyek tertentu. Metode mengajar demonstrasi juga identik dengan metode mengajar modeling. Dalam pelaksanaan guru dapat sebagai model atau mendatangkan nara sumber yang menguasai obyek materi pelajaran atau siswa dengan tugas yang terstruktur. Dalam demonstrasi cenderung bahan dan situasi yang digunakan adalah obyek yang sebenarnya.
2)      Prosedur.
Menurut Sri Anitah W ( 2008 : 5.26 ) Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a)      Mempersiapkan alat bantu yang akan dipergunakan dalam pembelajaran.
b)      Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan.
c)      Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa.
d)      Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan/atau latihan) terhadap hasil demonstrasi.
e)      Kesimpulan.
3)      Prasyarat untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Demonstrasi.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan dalam menunjang keberhasilan demonstrasi, diantaranya:
a)      Mampu secara proses dalam melaksanakan demonstrasi materi atau topik yang dipraktekkan.
b)      Mampu mengelola kelas dan menguasai siswa secara menyeluruh.
c)      Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan.
d)      Mampu melaksanakan penilaian proses.
Sedangkan kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang pelaksanaan demonstrasi adalah :
1.      Siswa meiliki motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan.
2.      Memahami tentang maksud/tujuan yang akan didemonstrasikan.
3.      Mampu mengamati proses yang didemonstrasikan.
4.      Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi.
Keunggulan implementasi metode demonstrasi apabila pembelajaran
dilaksanakan secara efektif adalah :
1)   Siswa dapat mempelajari bahan pelajaran sesuai dengan obyek yang sebenarnya.
2)   Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
3)   Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan poses yang sistematis.
4)   Dapat mengetahui hubungan yang struktural atau urutan obyek.
5)   Dapat melakukan perbandingan dari beberapa obyek.
Sedangkan kelemahannya adalah :
1)      Hanya dapat menimbulkan cara berfikir yang konkrit saja.
2)      Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka demonstrasi tidak efektif.
3)      Bergantung pada alat bantu yang sebenarnya.
4)      Sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba atau melakukan praktik yang diemonstrasikan.
Dengan memperhatikan teori di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah termasuk belajar konsep dimana     siswa dihadapkan pada suatu fakta dan data kemudian untuk membuktikan kebenaran data tersebut perlu diadakan demonstrasi sehingga menjadi konsep yang tepat.
4.        Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Kurikulum KTSP (2006 : 486) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Leo Sutrisno (2007 : 1.19) IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (concret) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi Ipa mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).
a.         Tujuan IPA
Adapun tujuan Mata pelajaran IPA menurut Kurikulum 2006 adalah:
1)     Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2)     Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupsn sehari-hari.
3)     Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4)     Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkanmasalah dan membuat keputusan.
5)     Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6)     Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala ketraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
b.        Ruang Lingkup IPA
Selanjutnya ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi :
1)     Makluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
2)     Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas.
3)     Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
4)     Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit lainnya.